Bambang Basuki, Tunanetra Pendiri Yayasan Mitra Netra
Batam Pos, Kamis, 26 Juli 2007
Penyandang Cacat adalah Manusia dengan Tantangan Istimewa
How are you Pak Bambang? Sombong ya sekarang? Lama tidak ngobrol-ngobrol. Gimana kabarMitra? Sapaan itu meluncur dari mulut banyak orang yang mengikuti pembukaan konferensi nasional ke-1pendidikan tunanetra, di Hotel Golden View, Selasa (24/7) lalu. Sambil mengucapkan kata-kata itu, mereka denganhangat menyalami Bambang Basuki, pria 57 tahun yang mengalami kekurangan dalam penglihatan ini. Penasaran dengan siapa sosok yang acap kali disapa orang ini, Batam Pos mengajukan pertanyaan yang langsungdijawab dengan tawa. Mereka tahu saya dari Yayasan Mitra Netra. Mereka semua sahabat-sahabat yang menyenangkan katanya seraya menyeruput teh yang baru saja diambilkan seorang suster kepadanya. Dulu, katanya, dia adalah pendiri Yayasan Mitra Netra, yayasan non profit yang memberi layanan yang tepat dan inovatif kepada para tunanetra. Siapa yang lebih mengerti tunanetra kalau bukan tunanetra itu sendiri, betulkan? katanya. Bambang menceritakan ihwal ia menjadi tak bisa melihat sama sekali. Awalnya, ia terlahir sebagai anak berpenglihatan normal. Sewaktu duduk di kelas dua SMA, ia mulai merasa penglihatannya bermasalah. Meski begitu, ia berhasil menamatkan pendidikan SMA-nya dengan nilai cukup baik. Dari sana, ia mulai menjalani operasi. Menurut dokter, papar ayah tiga orang anak ini, ia mengalami degenerasi kornea. Ini menyebabkan ia mengalami glukoma yang mengganggu keseimbangan cairan bola mata.
Akibatnya, mata menekan saraf dan membuatnya pusing dan terakhir, tak bisa melihat. Mengatasi hal itu, ia sempat menjalani tujuh kali operasi. Namun akhirnya ia menyerah dan terpaksa menerima bahwa ia telah jadi tunanetra. Layaknya kebanyakan orang yang mengalami cacat tiba-tiba, Bambang juga sempat stres dan sesak nafas. Masa ini,katanya, adalah masa kritis baginya dan bagi setiap orang yang mengalami hal serupa. Di masa ini, ada tiga kemungkinan alasan. Jika cacat itu karena kelalaian orangtua, kita akan menyalahkan orangtua. Jika karena kelalaian sendiri, kita tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, dan jika karena sakit yang diberikan Tuhan, kita pun akan marah kepada Tuhan. Ini yang saya alami. Saya marah dan menyesalkan, kenapa Tuhan berbuat ini kepada saya, katanya mengenang kejadian puluhan tahun lalu. Ia baru bangkit dan berhenti menyesali Tuhan sejak ia mulai mendengar sebuah ceramah di radio. Kala itu ia mendengar sebuah hadis kudsi yang mengatakan bahwa orang yang kehilangan kedua penglihatan, tapi ia sabar dantawakal, maka dia akan mendapat imbalan yang lebih di banding yang lain. Inilah yang kemudian menjadi cemeti baginya untuk bangkit setelah lima tahun terus menyesali keadaannya. Sejak itu, saya melihat diri saya sebagai orang laknat. Tidak bisa melihat maksud Tuhan. Saya mulai berpikir danmengubah paradigma saya.
Penyandang cacat adalah manusia dengan tantangan istimewa. Begitu juga dengan orang di sekitarnya. Jika mereka bisa mengatasi dengan baik, maka dia juga akan menjadi orang yang istimewa, katanya.
Penyandang Cacat adalah Manusia dengan Tantangan Istimewa
How are you Pak Bambang? Sombong ya sekarang? Lama tidak ngobrol-ngobrol. Gimana kabarMitra? Sapaan itu meluncur dari mulut banyak orang yang mengikuti pembukaan konferensi nasional ke-1pendidikan tunanetra, di Hotel Golden View, Selasa (24/7) lalu. Sambil mengucapkan kata-kata itu, mereka denganhangat menyalami Bambang Basuki, pria 57 tahun yang mengalami kekurangan dalam penglihatan ini. Penasaran dengan siapa sosok yang acap kali disapa orang ini, Batam Pos mengajukan pertanyaan yang langsungdijawab dengan tawa. Mereka tahu saya dari Yayasan Mitra Netra. Mereka semua sahabat-sahabat yang menyenangkan katanya seraya menyeruput teh yang baru saja diambilkan seorang suster kepadanya. Dulu, katanya, dia adalah pendiri Yayasan Mitra Netra, yayasan non profit yang memberi layanan yang tepat dan inovatif kepada para tunanetra. Siapa yang lebih mengerti tunanetra kalau bukan tunanetra itu sendiri, betulkan? katanya. Bambang menceritakan ihwal ia menjadi tak bisa melihat sama sekali. Awalnya, ia terlahir sebagai anak berpenglihatan normal. Sewaktu duduk di kelas dua SMA, ia mulai merasa penglihatannya bermasalah. Meski begitu, ia berhasil menamatkan pendidikan SMA-nya dengan nilai cukup baik. Dari sana, ia mulai menjalani operasi. Menurut dokter, papar ayah tiga orang anak ini, ia mengalami degenerasi kornea. Ini menyebabkan ia mengalami glukoma yang mengganggu keseimbangan cairan bola mata.
Akibatnya, mata menekan saraf dan membuatnya pusing dan terakhir, tak bisa melihat. Mengatasi hal itu, ia sempat menjalani tujuh kali operasi. Namun akhirnya ia menyerah dan terpaksa menerima bahwa ia telah jadi tunanetra. Layaknya kebanyakan orang yang mengalami cacat tiba-tiba, Bambang juga sempat stres dan sesak nafas. Masa ini,katanya, adalah masa kritis baginya dan bagi setiap orang yang mengalami hal serupa. Di masa ini, ada tiga kemungkinan alasan. Jika cacat itu karena kelalaian orangtua, kita akan menyalahkan orangtua. Jika karena kelalaian sendiri, kita tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, dan jika karena sakit yang diberikan Tuhan, kita pun akan marah kepada Tuhan. Ini yang saya alami. Saya marah dan menyesalkan, kenapa Tuhan berbuat ini kepada saya, katanya mengenang kejadian puluhan tahun lalu. Ia baru bangkit dan berhenti menyesali Tuhan sejak ia mulai mendengar sebuah ceramah di radio. Kala itu ia mendengar sebuah hadis kudsi yang mengatakan bahwa orang yang kehilangan kedua penglihatan, tapi ia sabar dantawakal, maka dia akan mendapat imbalan yang lebih di banding yang lain. Inilah yang kemudian menjadi cemeti baginya untuk bangkit setelah lima tahun terus menyesali keadaannya. Sejak itu, saya melihat diri saya sebagai orang laknat. Tidak bisa melihat maksud Tuhan. Saya mulai berpikir danmengubah paradigma saya.
Penyandang cacat adalah manusia dengan tantangan istimewa. Begitu juga dengan orang di sekitarnya. Jika mereka bisa mengatasi dengan baik, maka dia juga akan menjadi orang yang istimewa, katanya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda